Pj Wali Kota : Siap Dampingi Petani Untuk Beralih dari Sayur ke Kopi

Pj Wali Kota : Siap Dampingi Petani Untuk Beralih dari Sayur ke Kopi
Pj Walikota Batu Saat Bertemu Petani di Bungkit Jengkoang
Pj Wali Kota : Siap Dampingi Petani Untuk Beralih dari Sayur ke Kopi

AGROPOLITAN.TV, Kota Batu - Pemerintah akan hadir dan selalu mendampingi pesanggem (petani kawasan perhutani) agar beralih ke tanaman kopi. Hal ini disampaikan saat Sosialisasi bagi Pesanggem untuk beralih Menanam Kopi di Bukit Jengkoang Bumiaji Kota Batu (1/2).

Aries menegaskan jika pemerintah akan selalu mendampingi petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. "Kami Pemerintah berkomitmen untuk selalu hadir dan mendampingi Bapak sekalian untuk meningkatkan kesejahteraan petani," jelasnya.

Petani Pesanggem yang selama ini menanam sayur akan beralih ke tanaman perkebunan yaitu kopi. Tujuan utama dari peralihan jenis tanaman dari sayur ke kopi ini untuk lebih meningkatan pendapatan petani. Karena menanam sayur harga dinilai sangat fluktuatif.

Aries juga menambahkan jika pertemuan ini adalah niat pemerintah untuk berkolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Dan tanaman kopi dipilih karena lebih menguntungkan dibanding tanaman sayur yang selama ini digeluti pesanggem. 

"Ini adalah niat baik pemerintah untuk selalu berkolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan petani," tambahnya disambut antusias oleh petani.

Dalam kegiatan yang juga dihadiri Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Aditya Prasaja, Camat Bumiaji Bambang Suliyan, Kepala Desa Giripurno Suntoro, Kepala Desa Bumiaji Edy Suyanto, Kepala Desa Bulukerto Suhermawan, Danramil Bumiaji Budi Sutrisno, juga menghadirkan narasumber yaitu Heru dari Perhutanan Sosial dan Herman salah satu penggiat kopi Kota Batu.

Dalam paparannya, Heru menjelaskan bahwa dalam pengelolaan kawasan hutan harus memenuhi 3 aspek yang tidak boleh ditinggalkan yaitu aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Semua aspek harus dipenuhi sehingga tetap menjaga kelestarian hutan.

Sementara itu, Herman salah satu petani kopi Kota Batu menjelaskan pengalamannya sebagai petani sayur yang akhirnya beralih ke kopi. Menurutnya permasalahan klasik petani sayur adalah harga yang tidak stabil dan cenderung lebih murah dibanding modal yang dikeluarkan.

Wahyu Eko, owner Kalamakara, penggiat pengolahan kopi, menjelaskan jika kebutuhan pasar biji kopi sangat tinggi dibanding persediaan. Ia yang berkecimpung dalam sangrai biji kopi, menjelaskan kebutuhan biji kopi 2022 mencapai 3 ton setahun. Namun ketersediaan bjji kopi mentah masih sekitar 1,2 ton sampai 1,3 ton setahun. Sulitnya kebutuhan biji kopi membuat dirinya mendatangkan biji kopi dari luar Batu.

Oleh karena itu pertanian kopi sangat menguntungkan dan terbukti dia bertahan 10 tahun dalam bisnis pengolahan kopi. (Yc).