Perkuat pasokan bawang merah lewat program klaster di probolinggo

Agropolitan TV. Komoditas bawang merah, menjadi komoditas strategis dalam upaya pengendalian inflasi karena harganya yang mengalami volatilitas. Karena itulah, menjaga pasokan komoditas tersebut di sentra produksi menjadi penting karena terjamin dan stabilnya produksi akan berdampak pula pada stabilitas harga bawang merah. Begitu pula sebaliknya. Karena alasan itu pula, SDM pertanian perlu ditingkatkan dengan cara pendampingan, pelatihan, dan pemberian bantuan sarana-prasarana produksi. Menjaga produksi bawang merah diperlukan SDM petani yang andal. Tidak kalah penting pula, SDM petani merupakan petani yang produktif, milenial, sehingga keberlangsungan berusaha di sektor ini tetap bisa dijaga.
Petani mudah juga diperlukan karena mereka sangat adaptif terhadap perubahan dan penggunaan teknologi. “Itulah alasan-alasan mengapa kami menggarap petani bawang di Kec. Dringu, Kab. Probolinggo lewat program Klaster Bawang Merah sejak 2015 hingga saat ini,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Samsun Hadi. Lewat program tersebut, kata dia, petani yang semuanya berusia milenial itu didampingi, dilatih baik dari sisi hulu maupun hilir agar lebih baik lagi dalam bertani. Dari sisi hulu mereka didorong menggunakan bibit bawang merah yang berkualitas, dilatih membuat pupuk organik, dikenalkan pemanfaatan teknologi pertanian, serta digital farming. Dari sisi hilir mereka memanfaatkan remah-remah bawang merah untuk diolah menjadi bawang goreng, dan dikenalkan pemanfaatan teknologi pemasaran secara online, digital marketing, sertifikasi halal produk bawang goreng. Bantuan sarana-prasarana produksi dari BI kepada Kelompok Tani Harapan Jaya I, yakni gudang pupuk organik, lab mini agens hayati, gudang bawang merah, Peralatan pembuatan pupuk organik dan agens hayati, timbangan bawang merah, mesin jahit karung, kitchen equipment, dan jaring kelambu.
SDM pertanian dari kalangan anak muda, kata dia, penting agar tidak terjadi defisit pada SDM pertanian karena ada indikasi anak muda semakin tidak tertarik berkarir sebagai petani. Caranya, berupa insentif bahwa bertani itu menghasilkan pendapatan yang layak, bahkan bisa lebih tinggi dari bekerja di sektor formal dengan gaji setingkat UMK. “Mereka bisa memperoleh pendapatan Rp60 juta/panen atau tiga bulan dengan luasan lahan 1 hektare,” ucapnya.
INOVASI TEKNOLOGI Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya I, Kec. Dringu, Kab. Probolinggo, Dafid Prasasti, mengatakan upaya mengembangkan pertanian bawang di Kec. Dringu, Kab. Probolinggo dilakukan lewat berbagai strategi. Tahap pertama yang dilakukan, menggelar pertemuan rutin anggota sebagai upaya menunjang program kerja dan penguatan kelembagaan kelompok tani yang dilakukan setiap bulan sekali. Lewat pertemuan itu, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anggota dalam berorganisasi dan berperilaku ramah lingkungan dalam pengolahan usaha tani, meningkatkan pemahaman anggota tentang fungsi dan peran masing-masing pengurus kelompok tani, menyampaikan informasi yang berhubungan dengan program kerja kelompok tani, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar menjadi usaha tani mandiri.
Juga, memecahkan permasalahan petani baik dalam proses produksi dan budidaya di lahan maupun diluar kegiatan budidaya, melalui musyawarah secara partisipatif dan bertanggung jawab, serta mempererat tali silaturahmi dan memperkuat antaranggota kelompok maupun dengan pihak lain. Langkah berikutnya, melakukan inovasi seperti pembuatan pupuk organik dan agens hayati yang dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas budidaya tanaman padi. Petani anggota kelompok sebagian besar telah memproduksi pupuk organik secara mandiri dan saling mendukung kebutuhan kelompok tani.
Pada 2020, kelompok tani yang beranggotakan 50 orang itu telah memperoleh pendampingan dan pelatihan pembuatan pupuk organik dan agens hayati dari Bank Indonesia Malang yang bekerjasama dengan PKPHT (Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Pelatihan dan pendampingan pembuatan pupuk organik kepada Kelompok Tani “Harapan Jaya I” dapat mendukung perilaku petani untuk berkomitmen dalam budidaya pertanian bawang merah ramah lingkungan. Pembuatan pupuk organik dan agens hayati sebagai salah satu teknologi yang diterapkan oleh kelompok tani dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas budidaya tanaman.
Sebagian besar petani anggota kelompok telah memproduksi secara mandiri dan saling mendukung kebutuhan kelompok tani, dan bahkan telah mempunyai laboratorium mini agens hayati. Inovasi lain, digital farming yang merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat. Teknologi ini membuat manajemen risiko di pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan karena produktivitas yang semakin bagus dengan biaya yang semakin ditekan. Digital farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan pemupukan, serta rekomendasi yang disesuaikan khusus bagi masing-masing petani di lahan yang berbeda.
Pertanian digital juga memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup. “Poktan Harapan Jaya I pada 2022 telah mengimplementasikan teknologi tersebut untuk menanggulangi risiko di pertanian pada lahan milik anggota kelompok. Manfaat tersebut sangat dirasakan petani dengan kemudahan pemantauan pada aplikasi melalui gawai masing-masing anggota,” ujarnya. Aplikasi ini dapat membantu petani dalam hal menentukan jadwal pemupukan, memprediksi kemungkinan hujan, serta serangan hama/ penyakit. Dengan adanya waktu pemupukan yang tepat sasaran sangat membantu petani untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi saat musim tanam.
“Lewat penggunaan pupuk organik dan pemanfaatan digital farming, dan langkah inovasi lainnya, kami mampu menghemat biaya produksi yang normalnya mencapai Rp140 juta/ hektare/musim, bisa berkurang menjadi Rp110 juta/hektare/ musim. Produksi juga meningkat dari dari 5-7 ton/musim, menjadi 8-9 ton/ha (musim penghujan) dan 12-14 ton/ha (musim kemarau) bahkan lebih,” ujarnya. Selain komoditas utama bawang merah yang ditanam di lahan seluas 65 hektare, petani anggota Kelompok Tani Harapan Jaya I juga melakukan budidaya tanaman cabai rawit dan padi disaat musim yang berbeda secara bergantian. “Ini dilakukan untuk menghindari dan menekan serangan hama/penyakit tanaman agar kualitas dan produktivitas budidaya tanaman tertap maksimal,” ujar Dafid.
Kelompok tani, kata dia, juga mampu mengolah hasil panen secara bersama-sama dalam satu manajemen. Keberadaan gudang pasca panen sangat bermanfaat bagi kelompok tani untuk pengaturan distribusi komoditas disaat panen berlimpah, pengaturan harga saat panen raya yang cenderung turun, menjaga kualitas panen, terhindari dari cuaca (panas dan hujan), menampung hasil panen sebelum dikirim kepada konsumen/pasar, penyimpanan benih bawang merah yang berkualitas. Kelompok Tani “Harapan Jaya I” juga telah mampu menjadi penangkar benih Bawang Merah varietas lokal “Biru Lancor” dan telah tersertifikasi dengan nama “PB MHD”. “Kelompok mampu memenuhi kebutuhan benih secara mandiri dan beberapa kelompok di daerah Probolinggo serta nasional, katanya.
Dalam usaha peningkatan kesejahteraan anggota, dia menegaskan, Kelompok Tani Harapan Jaya I pada 2019 berusaha meningkatkan kualitas dan produktivitas benih bawang merah melalui metode TSS (True Seed of Shallot). Pendampingan dan pelatihan inovasi budidaya perbenihan biji Bawang Merah dengan teknologi TSS dengan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Timur varietas “Biru Lancor” DIGITAL MARKETING Peningkatan kualitas produk dan penguatan kelembagaan Poktan, kata dia, juga dilakukan dengan pelatihan sebagai sarana peningkatan kualitas SDM anggota. Beberapa pelatihan meliputi berbagai macam kegiatan seperti pembuatan pupuk organik, pengolahan hasil pertanian dan manajemen pertanian yang bertujuan untuk peningkatan hasil produksi pertanian.
Kelompok Tani Harapan Jaya I bekerja sama dengan berbagai pihak, baik difasilitasi oleh Bank Indonesia Malang maupun dinas terkait. Kelompok Tani bergabung dan menjadi binaan Bank Indonesia Malang pada tahun 2015, diawali dengan pelatihan inovasi teknologi ramah lingkungan budidaya bawang merah dalam hal peningkatan kualitas dan produktivitas (integrated ecofarming), inovasi peningkatan nutrisi tanaman, serta penanggulangan hama/penyakit tanaman bawang merah. Sebelumnya dari pemda juga memberikan pelatihan berupa program Sekolah Lapang pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pengolahan pascapanen untuk memproduksi berbagai jenis hasil pertanian terutama bawang merah dengan pemberdayaan ibuibu petani dalam hal pengolahan hasil panen hortikultura berperan serta dalam meningkatkan perekonomian keluarga.
Menurut dia, pada 2015 Bank Indonesia Malang memfasilitasi “Pelatihan Pengembangan Usaha Makanan Olahan Berbasis Produk Hortikultura” dan menghasilkan beberapa produk olahan yaitu pasta bawang merah, bawang goreng aneka rasa dan olahan lainnya berbasis bawang merah. Hasil produksi bawang merah goreng dengan merk “Armos” dan telah bersertifikasi halal. Peningkatan Akses Pasar (digital marketing) melalui pelatihan ‘UMKM On Boarding” yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia Malang sehingga produk bawang merah goreng merk “Armos” telah masuk dalam marketplace (Shopee) untuk penjualan secara online. Peningkatan kinerja klaster secara signifikan berdampak pada kesejahteraan petani dan masyarakat di daerah sekitar. Kelompok tani Harapan Jaya I, dia meyakinkan, sejak 2007 menjadi pusat rujukan studi mahasiswa, petani daerah lain dan Dinas terkait dengan perbenihan dan budidaya bawang merah yang telah diterapkan.
Kegiatan tersebut meliputi kunjungan sekolah lapangan dari mahasiswa berbagai universitas. Selain itu kelompok ini juga menjadi rujukan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dan kelompok lain dalam mengembangkan pertanian organik dan penelitian, sehingga banyak kunjungan belajar yang berasal dari luar daerah. Untuk memenuhi kebutuhan petani dalam hal pemenuhan permodalan dan persewaan jaring. Kelompok tani mendapatkan fasilitas simpan pinjam dengan manajemen yang dikelola oleh Bumdes. Pada saat musim tanam bawang merah seringkali petani membutuhkan jaring untuk menghindari serangan hama tanaman misalnya ulat, menurut dia, melalui Bumdes petani dapat menyewa jaring tersebut. Samsun menilai, pembinaan petani seperti klaster bawang merah di Kab.
Probolinggo bisa menjadi model petani bawang merah maupun komoditas lain di berbagai sentra produksi, dengan model gotong royong. Selain BI, ada keterlibatan pemangku kepentingan lain seperti pemda, pemerintah, perguruan tinggi, perbankan dan lainnya.”Seperti di Kab. Probolinggo, petani bawang merah dapat mengakses kredit murah, KUR. Ini sangat membantu petani agar terus mengembangkan usaha pertanian secara berkesinambungan,” ujarnya.