Mengintip Proses Pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur

Jalan-jalan ke Sumba Timur, kurang lengkap rasanya bila tidak singgah di Kampung Raja Praliu. Ya, pasalnya kampung ini memang menyajikan berbagai pesona budaya khas Sumba Timur, khususnya kain tenun ikat.

Mengintip Proses Pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur
Mengintip Proses Pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur

AGROPOLITAN.TV- Siapa pun pengunjung yang menyambangi Kampung Raja Prailiu pasti akan pulang dengan banyak pengalaman. Tidak saja pengalaman akan keindahan alam, tapi juga dengan begitu banyak kekayaan dan kebijaksanaan budaya yang dapat ditemukan di Kampung Raja Prailiu.

Jika mengunjungi objek wisata budaya Prailiu, maka wisatawan akan berkesempatan melihat proses pembuatan kain tenun yang terbilang rumit. Tak hanya itu, pengunjung akan mendapatkan penjelasan lengkap dan pastinya dari sumber terpercaya tentang tenunan sumba, yakni langsung dari para pengrajin.

Keberadaan kain tenun di kampung ini berhubungan dengan tradisi lampau masyarakat setempat. Mendengar langsung dari para pengrajin, pengunjung akan tahu betapa dalamnya makna di balik selembar kain, mulai dari proses pembuatannya hingga motif-motifnya.

Dalam tradisi kepercayaan Marapu, kain tenun ikat digunakan untuk banyak hal. Diantaranya sebagai mahar dalam proses pernikahan, prosesi kematian, dan juga upacara spiritual.

Kain tenun khas prailiu menggunakan benang berwarna merah, hitam, kuning, dan biru. Pewarnaan benang ini dihasilkan dari akar, daun, dan rempah-rempah alami. Seperti warna biru dari daun nila dan warna merah dari ekstrak akar mengkudu.

Pembuatan tenun ikat khas Sumba Timur sedikitnya membutuhkan waktu selama 8 bulan hingga setahun untuk menyelesaikan sebidang kain tenun. Tak heran jika kain tenun khas sumba dibandrol dengan harga yang cukup mahal. Namun, harga yang cukup mahal itu sebanding dengan kualitas tenunan, keindahan corak, dalamnya makna yang terkandung di setiap lembar tenunan Sumba Timur mulai dari awal hingga akhir pembuatannya.

Benaya Harobu, ATV