Difabel Merawat Alam Dan Mendaki Gunung

Hal yang mungkin belum lazim dilakukan oleh kebanyakan difabel yaitu mendaki gunung, melakukan penghijauan dan merawat sumber air. Namun sekelompok anak muda yang tergabung dalam Difabel Pecinta Alam (Difpala) mampu melakukanya. Bahkan mereka memiliki Sekolah Alam yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan pendakian. Bagaimana perjalanan pendakian para difabel, berikut liputannya.

AGROPOLITAN.TV - Hal yang mungkin belum lazim dilakukan oleh kebanyakan difabel yaitu mendaki gunung, melakukan penghijauan dan merawat sumber air. Namun sekelompok anak muda yang tergabung dalam Difabel Pecinta Alam (Difpala) mampu melakukanya. Bahkan mereka memiliki Sekolah Alam yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan pendakian. Difpala termasuk dalam Divisi Edukasi Masyarakat Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS). Kegiatan lain dari divisi ini adalah terkait penyadaran masyarakat tentang inklusi disabilitas, diantaranya sosialisasi bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) serta pengembangan bakat dan minat.

Ketua Pembina LINKSOS, Ken Kertaningtyas mengatakan misi Difpala adalah pelibatan difabel dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Saat ini jumlah anggota Difpala sekitar 50 orang meliputi difabel dari berbagai ragam disabilitas dan non difabel sebagai pendamping pendakian. 16 orang diantara warga Difpala tersebut telah melalui serangkaian uji seleksi dan masuk sebagai anggota Timsus Pendaki Difabel.

Timsus Pendaki Difabel merupakan bagian dari Difpala, yang telah terdidik dan terlatih dan diberikan kepercayaan untuk melakukan pendakian secara tim di gunung-gunung tinggi dan jalur ekstrim.

Beberapa gunung yang telah didaki diantaranya Gunung Butak, Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Difabel anggota tim tersebut saat ini berasal dari ragam disabilitas fisik, netra, tuli dan disabilitas akibat kusta. Tujuan kegiatan pendakian, yang pertama untuk meningkatkan imunitas di masa pandemi. Kedua, sebagai kampanye hapus stigma. Dengan keberhasilan Timsus Pendaki maupun komitmen Difpala dalam pelestarian lingkungan, maka stigma difabel tidak mampu dan menjadi beban lingkungan tidak berlaku.

Namun bukan berarti hal ini sebagai supercrip atau cara pandang bahwa semua yang dilakukan difabel itu hebat dan inspiratif, melainkan keberhasilan para difabel tersebut sebagai hasil proses pelatihan dan persiapan baik fisik, mental maupun logistik.

Saiful Akbar ATV